Selasa, 21 Oktober 2014

MATEMATIKA DAN FILSAFAT

Nuraida Lutfi Hastuti, NIM 11301241031
Prodi Pendidikan Matematika
FMIPA UNY

Mata kuliah filsafat merupakan mata kuliah yang wajib bagi mahasiswa Pendidikan Matematika angkatan 2011. Filsafat merupakan ilmu yang baru bagi mahasiswa karena sebelumnya belum pernah dipelajari baik di sekolah maupun secara individu. Mata kuliah ini diampu oleh Prof. Dr. Marsigit, M.A. Berikut ini merupakan refleksi dari pertemuan pada hari Rabu, 1 Oktober 2014.

Pada pertemuan kedua ini, Bapak Marsigit menyampaikan tentang pembelajaran filsafat yang akan dilaksanakan. Bagi mahasiswa angkatan 2011, mata kuliah ini wajib tetapi bagi mahasiswa baru, mata kuliah ini menjadi mata kuliah pilihan. Meskipun demikian, diharapkan mahasiswa tetap dapat mengikuti pembelajaran dengan baik.
Bapak Marsigit mengatakan bahwa matematika dalam filsafat tidak pasti seperti matematika biasanya. Hal tersebut ditunjukkan melalui kuis yang diberikan pada awal pertemuan. Hal-hal yang berkaitan dengan hasil perhitungan matematis tidak berlaku dalam filsafat. Misalnya secara matematis hasil 1 + 2 adalah 3. Namun, jawaban tersebut tidak benar dalam filsafat. Dalam filsafat, 1 + 2 hasilnya adalah relatif. Mengapa demikian? Karena dalam perhitungan tersebut tidak ada ketentuan basis bilangannya. Dalam desimal, betul bahwa hasilnya adalah 3 tetapi dalam basis dua hasilnya bukan 3.
Berdasarkan hasil kuis ternyata sebagian besar hasilnya kurang memuaskan dan terlihat bahwa mahasiswa belum mengetahui tentang filsafat. Bapak Marsigit kemudian meminta mahasiswa membuat dan mengumpulkan pertanyaan yang berkaitan dengan filsafat. Setelah pertanyaan-pertanyaan terkumpul, beliau mengatakan bahwa pertanyaan-pertanyaan tersebut kurang berbobot dan menunjukkan bahwa mahasiswa kurang membaca. Bapak Marsigit menyampaikan bahwa beliau tidak akan menjelaskan tentang filsafat itu apa. Beliau menghimbau agar mahasiswa menemukan sendiri jawabannya dalam tulisan (elegi) yang ada di blog beliau. Maksud dari hal tersebut adalah agar mahasiswa berikhtiar untuk mendapatkan pengetahuannya sendiri. Belajar filsafat itu dengan menggunakan bahasa analog. Selain itu, secara intensif (sedalam-dalamya) dan ekstensif (seluas-luasnya).
Selanjutnya, Bapak Marsigit menjelaskan tentang objek filsafat yaitu yang ada dan yang mungkin ada. Yang ada dan yang mungkin ada berada dalam ruang dan waktu (seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya). Hal tersebut seperti dalam contoh yang telah disebutkan sebelumnya. Jadi, hal yang sama belum tentu sama karena berada dalam ruang dan waktu yang berbeda.
Bapak Marsigit mencontohkan lagi yaitu 2 + 3 = 5. Kapan hal itu terjadi? 2 + 3 = 5 jika terbebas dari ruang dan waktu. Dalam eksperimen, adanya ruang itu karena waktu dan waktu tiada artinya tanpa adanya ruang. 4 tidak sama dengan 4 ketika kita memepulikan ruang dan waktu. Pengetahuan itu terletak pada ruang dan waktu. Matematika untuk anak-anak (SD dan SMP) adalah matematika intuisi yaitu matematika yang terikat oleh ruang dan waktu. Sedangkan matematika orang dewasa itu terbebas dari ruang dan waktu.
Bapak Marsigit menjelaskan bahwa untuk belajar filsafat tidak perlu kaya dan gengsi. Belajar filsafat bukan untuk mencari harta dan tidak perlu peristiwa besar. Dalam belajar filsafat, mahasiswa harus mampu memikirkan hal yang kecil-kecil. Hal yang dicari dalam filsafat yaitu kebenaran.  
Manfaat belajar filsafat bukanlah manfaat secara langsung tetapi memiliki manfaat tidak langsung. Manfaat belajar filsafat yaitu memiliki sopan dan santun terhadap ruang dan waktu. Karena filsafat itu memperhatikan ruang dan waktu maka diharapkan setelah belajar filsafat, mahasiswa memiliki sopan dan santun terhadap pendidikan matematika. Selain itu, setelah mengetahui bahwa matematika untuk anak-anak dan orang dewasa itu berbeda, mahasiswa diharapkan tidak memaksakan matematika. Semoga dengan belajar filsafat ini mahasiswa dapat berpikir lebih detail dan tidak menyepelekan hal kecil terutama ketika membelajarkan matematika di sekolah .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar